Beranda | Artikel
Silsilah Fiqih Doa dan Dzikir No: 107 - Teliti Dalam Berdoa Bagian 2
Senin, 17 Oktober 2022

Di antara hal yang menunjukkan pentingnya sikap teliti dalam berdoa adalah kebiasaan para sahabat yang minta diajari doa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kita semua tentu sadar bahwa para sahabat adalah orang yang amat cerdas dan ahli dalam agama, juga mahir berbahasa Arab. Namun dengan segala kelebihan yang dimiliki, ternyata mereka tetap meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar diajari redaksi doa.

Dari Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu bahwa dia pernah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ajarkan aku doa yang bisa kubaca dalam shalatku”.

Beliau menjawab, “Bacalah,

اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي، إِنَّكَ أَنْتَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ “

“Alloohumma innii zholamtu nafsii zhulman katsiiron, wa laa yaghfirudz dzunuuba illaa Anta, faghfirlii maghfirotan min ‘indika warhamnii, innaka Antal Ghofuurur Rohiim” (Ya Allah sesungguhnya aku sering berbuat zalim kepada diriku sendiri, dan tidak ada yang bisa mengampuni dosa selain Engkau. Maka ampunilah aku semata-mata dengan ampunan dari-Mu dan sayangilah Aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)”. HR. Bukhari dan Muslim.

Lihatlah bagaimana Abu Bakr, dengan segala kecerdasan dan ketinggian imannya, tetap meminta arahan dalam masalah doa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak kuasa untuk mengarang doa sendiri. Lantas bagaimana dengan kita yang kecerdasan dan keimanannya tidak ada seujung kuku Abu Bakr?!

Di antara hal yang menunjukkan pentingnya teliti dalam berdoa; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperbaiki bacaan doa sahabat yang keliru. Meskipun kekeliruannya hanya dalam satu kata.

Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu bercerita, bahwa suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya, “Bila engkau akan tidur, berwudhulah seperti akan shalat, kemudian berbaringlah dengan posisi miring ke sebelah kanan, lalu bacalah,

اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

Alloohumma aslamtu nafsii ilaika, wa fawwadhtu amrii ilaika, wa alja’tu zhohrii ilaika, rohbatan wa roghbatan ilaika. Laa malja’a wa laa manjaa minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikal ladzii anzalta wa bi nabiyyikal ladzii arsalta (Ya Allah, aku menyerahkan jiwaku kepada-Mu. Aku pasrahkan urusanku kepada-Mu. Aku baringkan punggungku untuk-Mu. Semua karena rasa takutku dan harapku kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari-Mu kecuali dengan kembali kepada-Mu. Aku beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dan dengan nabi yang engkau utus).

Bila engkau wafat setelahnya maka engkau wafat dalam keadaan fitrah. Jadikanlah doa ini sebagai urutan terakhir doa-doamu sebelum tidur”.

Al-Bara’ melanjutkan, “Maka akupun berusaha menghapal dan mengulang-ulang doa tersebut. Aku membaca, “… wa bi rosuulikal ladzii arsalta”.

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam langsung membenarkan, “Bukan seperti itu! Tapi bacalah, “wa bi nabiyyikal ladzi arsalta”. HR. Bukhari dan Muslim.


Artikel asli: https://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-doa-dan-dzikir-no-107-teliti-dalam-berdoa-bagian-2/